RSS

ARITMIA


Pengertian
Aritmia atau distritmia merupakan perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doengoes, 1999).Sedangkan menurut Price, 1994, aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium.Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
 Dari dua pengertian yang telah di paparkan oleh para ahli maka dapat disimpulkan bahwa aritmia atau distritmia adalah kelainan elektrofisiologi jantung yang menyebabkan terjadinya gangguan pada system konduksi jantung.

KLASIFIKASI

Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
1. Gangguan pembentukan impuls.
a. Gangguan pembentukan impuls di sinus
1) Takikardia sinus

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA




Askep Efusi Pleura


EFUSI PLEURA

A. Pengertian
Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (Price & Wilson 2005).Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen danjaringan elastis yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru (pleura visceralis). Diantara pleura parietalis dan pleura visceralis terdapat suatu rongga yang berisi cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan bergerak selama pernafasan. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, sehingga mencegah kolaps paru. Bila terserang penyakit, pleura mungkin mengalami peradangan atau udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura menyebabkan paru tertekan atau kolaps.
Cairan dalam keadaan normal dalam rongga pleura bergerak dari kapiler didalam pleura parietalis ke ruang pleura dan kemudian diserap kembali melalui pleura visceralis. Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura visceralis lebih besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan oleh pleura parietalis dan permukaan pleura visceralis lebih besar daripada pleura parietalis sehingga pada ruang pleura dalam keadaan normal hanya terdapat beberapa mililiter cairan.

Askep Efusi Pleura

B. Etiologi
Berbagai penyebab timbulnya effusi pleura adalah :
  1. Neoplasma, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik.
  2. Kardiovaskuler, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonary dan perikarditis.
  3. Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis, asites, abses dan sindrom Meigs.
  4. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikobakterial dan parasit.
  5. Trauma
  6. Penyebab lain seperti lupus eritematosus sistemik, rematoid arthritis, sindroms nefrotik dan uremia.
Askep Efusi Pleura

C. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya Pleural Effusion tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi yang terjadi karena perbedaan tekanan osmotic plasma dan jaringaninterstitial submesotelial kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.
Pada kondisi tertentu rongga pleura dapat terjadi penimbunan cairan berupa transudat maupun eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada gagal jatung kongestif. Pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pmbuluh darah. Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal. Penimbunan transudat dalam rongga pleura disebut hidrotoraks. Cairan pleura cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi.
Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorpsi getah bening.Jika efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema. Empiema disebabkan oleh prluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan dapat merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura. Bila efusi pleura berupa cairan hemoragis disebut hemotoraks dan biasanya disebabkan karena trauma maupun keganasan.
Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi engembangannya. Derajat gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada ukuran dan cepatnya perkembangan penyakit. Bila cairan tertimbun secara perlahan-lahan maka jumlah cairan yang cukup besar mungkin akan terkumpul dengan sedikit gangguan fisik yang nyata.
Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan menyebabkan gagal nafas. Gagal nafas didefinisikan sebagai kegagalan pernafasan bila tekanan partial Oksigen (Pa O2)≤ 60 mmHg atau tekanan partial Karbondioksida arteri (Pa Co2) ≥ 50 mmHg melalui pemeriksaan analisagas darah.
Askep Efusi Pleura

D. Tanda dan Gejala
  1. Batuk
  2. Dispnea bervariasi
  3. Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)
  4. Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.
  5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi.
  6. Perkusi meredup diatas efusi pleura.
  7. Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi.
  8. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.
  9. Fremitus fokal dan raba berkurang.
  10. Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik, bronkiektasis, abses dan TB paru.
Askep Efusi Pleura


E.Pemeriksaan Penunjang
  1. Rontgen Toraks
Dalam foto thoraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat permukaan yang melengkung jika jumlah cairan > 300 cc. Pergeseran mediastinum kadang ditemukan.
  1. CT Scan Thoraks
Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara umum mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan jaringan toraks lainnya.
  1. Ultrasound
Ultrasound dapat membantu mendeteksi cairan pleura yang timbul dan sering digunakan dalam menuntun penusukan jarum untuk mengambil cairan pleura pada torakosentesis.
  1. Torakosentesis
Askep Efusi Pleura
F. Penatalaksanaan
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan secara sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adequate.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin, Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll.
    1. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.
    2. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
    3. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
    4. Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis), menghilangkan dispnea.
    5. Water seal drainage (WSD)
Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
    1. Antibiotika jika terdapat empiema.
    2. Operatif.
Askep Efusi Pleura

G. Komplikasi
1. Fibrotoraks
pleural effusion yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringanyang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membrane-membran pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikanjaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringanfibrosis.
4. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
Askep Efusi Pleura

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura
A. Pengkajian
  1. Anamnesis:
Pada umumnya tidak bergejala . Makin banyak cairan yang tertimbun makin cepat dan jelas timbulnya keluhan karena menyebabkan sesak, disertai demam sub febril pada kondisi tuberkulosis.
  1. Kebutuhan istrahat dan aktifitas
  • Klien mengeluh lemah, napas pendek dengan usaha sekuat-kuatnya, kesulitan tidur, demam pada sore atau malam hari disertai keringat banyak.
  • Ditemukan adanya tachicardia, tachypnea/dyspnea dengan usaha bernapas sekuat-kuatnya, perubahan kesadaran (pada tahap lanjut), kelemahan otot, nyeri dan stiffness (kekakuan).
  1. Kebutuhan integritas pribadi
  • Klien mengungkapkan faktor-faktor stress yang panjang, dan kebutuhan akan pertolongan dan harapan
  • Dapat ditemukan perilaku denial (terutama pada tahap awal) dan kecemasan
  1. Kebutuhan Kenyamanan/ Nyeri
  • Klien melaporkan adanya nyeri dada karena batuk
  • Dapat ditemukan perilaku melindungi bagian yang nyeri, distraksi, dan kurang istrahat/kelelahan
  1. Kebutuhan Respirasi
  • Klien melaporkan batuk, baik produktif maupun non produktif, napas pendek, nyeri dada
  • Dapat ditemukan peningkatan respiratory rate karena penyakit lanjut dan fibrosis paru (parenkim) dan pleura, serta ekspansi dada yang asimetris, fremitus vokal menurun, pekak pada perkusi suara nafas menurun atau tidak terdengan pada sisi yang mengalami efusi pleura. Bunyi nafas tubular disertai pectoriloguy yang lembut dapat ditemukan pada bagian paru yang terjadi lesi. Crackles dapat ditemukan di apex paru pada ekspirasi pendek setelah batuk.
  • Karakteristik sputum : hijau/purulen, mucoid kuning atau bercak darah
  • Dapat pula ditemukan deviasi trakea
  1. Kebutuhan Keamanan
  • Klien mengungkapkan keadaaan imunosupresi misalnya kanker, AIDS , demam sub febris
  • Dapat ditemukan keadaan demam akut sub febris
  1. Kebutuhan Interaksi sosial
  • Klien mengungkapkan perasaan terisolasi karena penyakit yang diderita, perubahan pola peran.

Pemeriksaan Fisik 
Pada pemeriksaan fisik didapatkan perkusi pekak, fremitus vokal menurun atau asimetris bahkan menghilang, bising napas juga menurun atau hilang. Gerakan pernapasan menurun atau asimetris, lenih rendah terjadi pada sisi paru yang mengalami efusi pleura. Pemeriksaan fisik sangat terbantu oleh pemeriksaan radiologi yang memperlihatkan jelas frenikus kostalis yang menghilang dan gambaran batas cairan melengkung.


Pemeriksaan Diagnostik
 
Kultur sputum : dapat ditemukan positif Mycobacterium tuberculosis
Apusan darah asam Zehl-Neelsen : positif basil tahan asam
Skin test : positif bereaksi (area indurasi 10 mm, lebih besar, terjadi selama 48 – 72 jam setelah injeksi.
Foto thorax : pada tuberkulosis ditemukan infiltrasi lesi pada lapang atas paru, deposit kalsium pada lesi primer, dan adanya batas sinus frenikus kostalis yang menghilang, serta gambaran batas cairan yang melengkung.
Biakan kultur : positif Mycobacterium tuberculosis
Biopsi paru : adanya giant cells berindikasi nekrosi (tuberkulosis)
Elektrolit : tergantung lokasi dan derajat penyakit, hyponatremia disebabkan oleh retensi air yang abnormal pada tuberkulosis lanjut yang kronis
ABGs : Abnormal tergantung lokasi dan kerusakan residu paru-paru
Fungsi paru : Penurunan vital capacity, paningkatan dead space, peningkatan rasio residual udara ke total lung capacity, dan penyakit pleural pada tuberkulosis kronik tahap lanjut.

B Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul :
  1. Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan kelemahan dan upaya batuk buruk
  2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru dan atalektasis
  3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
  4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan kelemahan, dispnea dan anoreksia

C. Intervensi
1. Ketidak efektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan kelemahan dan upaya batuk buruk.
NOC :
  • Menunjukkan pembersihan jalan nafas yang efektif dan dibuktikan dengan status pernafasan, pertukaran gas dan ventilasi yang tidak berbahaya :
- Mempunyai jalan nafas yang paten
- Mengeluarkan sekresi secara efektif.
- Mempunyai irama dan frekuansi pernafasan dalam rentang yang normal.
- Mempunyai fungsi paru dalam batas normal.
  • Menunjukkan pertukaran gas yang adekuatditandai dengan :
- Mudah bernafas
- Tidak ada kegelisahan, sianosis dan dispnea.
- Saturasi O2 dalam batas normal
- Rontgen toraks dalam rentang yang diharapkan.
NIC :
  • Kaji dan dokumentasikan
- Keefektifan pemberian oksigen dan perawatan yang lain.
- Keefektifan pengobatan.
- Kecenderungan pada gas darah arteri.
  • Auskultasi dada anterior dan posterior untukmengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi hambatan.
  • Penghisapan jalan nafas
- Tentukan kebutuhan penghisapan oral/trakeal.
- Pantau status oksigen dan status hemodinamik serta irama jantung sebelum, selama dan setelah penghisapan.
  • Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk menurunan viskositas sekresi.
  • Jelaskan penggunaan peralatan pendukung denganbenar, misalnya oksigen, alat penghisap lender.
  • Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang di dalam ruang perawatan.
  • Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik nafas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi.
  • Rundingkan dengan ahliterapi oernafasan sesuai dengan kebutuhan.
  • Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi.
  • Beritahu dokter tentang hasil analisa gas darah yang abnormal.
  • Bantu dalam pemberian aerosol. Nebulizer dan perawatan paru lain sesuai dengan kebijakan dan protocol institusi.
  • Anjurkan aktivitas fisik untuk meningkatkan pergerakan sekresi.
  • Jika pasien tidak mampu untuk melakukan ambulasi, letak posisi tidur pasien diubah tiap 2 jam.
  • Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur untuk menurunkan kecemasan dan peningkatan kontrol diri.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru dan atalektasis.
NOC :
  • Gangguan pertukaran gas akan terkurangi yang dibuktikan dengan status pernafasan yang tidak bermasalah.
  • Pertukaran gas tidak akan terganggu dibuktikan dengan indicator :
- Status neurologist dalam rentang yang diharapkan.
- Tidak ada dispnea saat istirahat dan aktifitas.
- Tidak ada gelisah, siamosis dan keletihan
- Pa O2, Pa CO2, pH arteri dan saturasi O2 dalam batas normal.
NIC :
  • Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman, usaha bernafas, produksi sputum.
  • Pantau saturasi O2 dengan oksimeter.
  • Pantau hasil analisa gas darah.
  • Pantau status mental ( tingkat kesadaran, gelisah, confuse)
  • Peningkata frekuanse pemantauan pada saatpasien tampak somnolen.
  • Observasi terhadap sianosis, terutama membrab mukosa mulut.
  • Jelaskan penggunaan alat bantu yang digunakan.
  • Ajarkan teknik bernafas dan relaksasi.
  • Ajarkan batuk yang efektif.
  • Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan pemeriksaan AGD dan alat Bantu yang dianjurkan sesuai dengan perubahan kondisi pasien.
  • Laporkan perubahan kondisi pasien: bunyi nafas, pola nafas, hasil AGD dan efek dari pengobatan.
  • Berikan obat-obat yang diresepkan.
  • Jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur, untuk menurunkan ansietas.
  • Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen.
  • Atur posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi dan mengurangi dispnea.

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
NOC :
  • Mentoleransi aktifitas yang biasa dilakukan dan ditunjukkan dengan daya tahan, penghematan energi dan aktifitas kehidupan sehari-hari.
  • Menunjukkan penghematan energi ditandai dengan indicator :
> Menyadari keterbatasan energi.
> Menyeimbangkan aktifitas dan istirahat.
> Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas.
NIC :
  • Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktifitas.
  • Tentukan penyebab keletihan.
  • Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas.
  • Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber energi.
  • Pantau pola istirahat pasien dan lamanya istirahat.
  • Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang teknik perawatan diri yang akan meminimalkan konsumsi oksigen.
  • Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.
  • Hindari menjadwalkan aktivitas perawatan selama periode istirahat.
  • Bantu pasien untuk mengubah posisi tidur secara berkala dan ambulasi yang dapat ditolerir.
  • Rencanakan aktifitas dengan pasien / keluarga yang meningkatkan kemandirian dan daya tahan.
  • Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktifitas.
  • Rencanakan aktivitas pada periode pasien mempunyai energi paling banyak.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan kelemahan, dispnea dan anoreksia.
NOC :
  • Menunjukkan status gizi yang baik dengan indicator adekuatnya makanan oral, pemberian makanan lewat NGT atau nutrisi parenteral.
  • Mempertahankan berat badan dalam batas normal.
  • Nilai laboratorium albumin, transferin dan elektrolit dalam batas normal.
NIC :
  • Tentukan motivasi pasien untk mengubah kebiasaan makan.
  • Pantau nilai laboratorium khususnya transferin, albumin dan elektrolit.
  • Ketahui makanan kesukaan pasien.
  • Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
  • Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
  • Timbang pasien pada interval yang tepat.
  • Ajarkan keluarga dan pasien tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal.
  • Diskusikan dengan ahli gizi dalam memberikan asupan diet.
  • Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi.
  • Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.
  • Bantu makan sesuai kebutuhan.
  • Identifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap hilangnya nafsu makan.

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A, 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 3 Jilid I, Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Price, A & Wilson, M, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses PenyakitEdisi 6, Terjemahan, Jakarta : EGC.
NANDA, 2005, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Alih Bahasa : Budi Santosa, Prima Medika, Jakarta
Smeltzer, S & Bare, B 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.

Askep Efusi Pleura

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Check list kompres



CHECKLIST KOMPRES DINGIN
ASPEK YANG DINILAI
NILAI
0
1
2
Definisi :
Ø  Kompres dingin merupakan teknik memasang suatu zat dengan suhu rendah pada tubuh untuk tujuan terapeutik . Kompres dingin terdiri dari kompres dingin basah dan kompres dingin kering.
Tujuan :
·         Menurunkan suhu tubuh
·         Mencegah peradangan meluas
·         Mengurangi kongesti
·         Mengurangi perdarahan local
·         Mengurangi rasa sakit local
·         Agar luka menjadi bersih



Indikasi dan kontra indikasi :
Indikasi :
·         Suhu tinggi
·         Radang
·         Memar
·         Batuk/muntah darah
·         Pascatonsilektomi
·         Luka tertutup/terbuka
Kontra indikasi :
·         Pada klien yang terdapat mesi.
·         Luka terbuka
·         Gangguan sirkulasi
·         Alergi atau hipersentivitas terhadap dingin



A.    Persiapan alat dan bahan :
1.      Baki berisi :
·         Mangkok bertutup steril
·         Cairan yang diperlukan (PK 1:4000/Rivanol 1:1000-1:3000/betadin)
2.      Baki steril berisi:
·         Pinset anatomis 2 buah
·         Beberapa potong kain kasa sesuai kebutuhan
·         Pembalut (jika perlu)
·         Perlak kecil dan alas
·         Sampiran (jika perlu)




Tahap pra interaksi
1.      Cuci tangan
2.      Siapkan alat-alat



Tahap orientasi
1.      Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang disenangi
2.      Memperkenalkan nama perawat
3.      Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
4.      Menjelaskan tentang kerahasiaan



Tahap Kerja
1.      Berikan penjelasan kepada klien mengenai perasat yang akan dilakukuan
2.      Bawa alat-alat ke dekat klien
3.      Pasang sampiran
4.      Cuci tangan
5.      Pasang alas di bawah bagian yang akan dikompres
6.      Kocok obat/cairan kompres jika terdapat endepan
7.      Tuangkan cairan ke dalam mangkok steril
8.      Masukkan kasa ke dalam cairan kompres
9.      Peras kain kasa menggunakan 2 pinset
10.  Bentangkan dan letakkan kasa di atas bagian yang akan dikompres,lalu balut
11.  Tutup /pasang busur selimut,jika perlu
12.  Rapikan klien jika perasat sudah selesai
13.  Bereskan alat-alat dan simpan ke tempat semula
14.  Cuci tangan
15.  Dokumentasikan




Tahap terminasi
1.      Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2.      Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3.      Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien



Tahap Evaluasi
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan .



Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan




Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna
2= dikerjakan dengan sempurna



CHECKLIST KOMPRES DINGIN KERING
Aspek yang dinilai
Nilai
0
1
2
Definisi :
Ø  Kompres dingin merupakan teknik memasang suatu zat dengan suhu rendah pada tubuh untuk tujuan terapeutik. Kompres dingin terdiri dari kompres dingin basah dan kompres dingin kering.

Tujuan :                                                                                            
a.       Menurunkan suhu tubuh
b.      Mencegah peradangan meluas
c.       Mengurangi kongesti
d.      Mengurangi perdarahan local
e.       Mengurangi rasa sakit lokal
f.       Agar luka menjadi bersih



Indikasi :
1)   Suhu tinggi
2)   Radang
3)   Memar
4)   Batuk / muntah darah
5)   Pascatonsilektomi
6)   Luka tertutup / terbuka



Kontraindikasi
1.      Kepada klien terdapat mesi
2.      Luka terbuka
3.      Gangguan sirkulasi
4.      Alergi atau hipersentivitas terhadap dingin



Mengisi dan memberikan kirbat es/eskrag

Persiapan alat:
1.      Baki berisi :
Ø  Mangkok bertutup steril
Ø  Cairan yang diperlukan (PK 1 : 4000/Rivanol 1 : 1000 – 1:3000/betadine)
2.      Baki steril berisi :
Ø  Pinset anotomis 2 buah
Ø  Beberapa potong kain kasa sesuai kebutuhan
Ø  Pembalut ( Jika perlu)
Ø  Perlak kecil dan alas
Ø  Sampiran (jika perlu)



1)      Tahap Pre Interaksi
1)      Cuci tangan

2)      Siapkan alat-alat




2)        Tahap Orientasi

1)        Mengucapkan salam terapeutik, panggil klien dengan panggilan yang disenangi
2)      Memperkenalkan nama perawat
3)      Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
4)      Menjelaskan tentang kerahasiaan





Tahap Kerja :
1.      Berikan penjelasan kepada klien mengenai perasat yang akan dilakukan
2.      Bawa alat-alat kedekat klien
3.      Pasang sampiran
4.      Cuci tangan
5.      Pasang alas dibawah bagian yang akan di kompres
6.      Kocok obat atau cairan kompres jika terdapat endapan
7.      Tuangkan cairan kedalam mangkok steril
8.      Masukkan kasa ke dalam cairan kompres
9.      Peras kain kasa menggunakan 2 pinset
10.  Bentangkan dan letakkan kasa diatas bagian yang akan di kompres, lalu balut
11.  Tutup / pasang burur selimut (jika perlu)
12.  Rapikan klien jika perawat sudah selesai
13.  Bereskan alat-alat dan simpat ke tempat semula
14.  Cuci tangan
15.  Dokumentasikan



Tahap Terminasi
1.      Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2.      Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3.      Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien



Tahap Evaluasi       
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan



Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan




Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tapi tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan sempurna

MENGGUNAKAN KOMPRES HANGAT/PANAS (BASAH)
Aspek yang dinilai
NILAI
0
1
2
Definisi :
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.
Kompres panas dingin, selain menurunkan sensasi nyeri juga dapat meningkatkan proses penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan.
Tujuan :
1.       Memperlancar sirkulasi darah
2.       Mengurangi rasa sakit
3.       Merangsang peristaltik usus
4.       Memperlancar pengeluaran getah radang
5.       Memberi rasa nyaman atau hangat dan tenang.



Indikasi :
a)    Klien yang kedinginan (suhu tubuh yang rendah).
b)    Klien dengan perut kembung.
c)    Klien yang mempunyai penyakit peradangan, seperti radang persendian.
d)    Spasme otot.
e)    Adanya abses, hematoma.

Kontra indikasi :
a)    Trauma 12-24 jam pertama
b)    Perdarahan/edema
c)    Gangguan vascular
d)    Pleuritis




Persiapan
a.         Persiapan pasien
1)      Mengucapkan salam terapeutik
2)      Memperkenalkan diri
3)      Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
4)      Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5)      Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6)      Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7)      Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8)      Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9)      Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

b.    Persiapan alat
·         Termos berisi air panas.
·         Termometer air panas (bila perlu).
·         Baskom.
·         Pinset 2 buah
·         Kasa
·         Plester
·         Pengalas
·         Handscone
·         Bengkok 2 buah

c.          Persiapan lingkungan
-          Pasang sampiran



Tahap Kerja:
a)    Siapkan peralatan.
b)    Cuci tangan.
c)    Pasang pengalas dibawah area yang akan diberi kompres. Kemudian gunakan handscone.
d)    Buka balutan perban (jika diperban) dan buang perban bekas ke dalam bengkok kosong.
e)    Ambil beberapa potong kasa dengan pinset dan masukkan ke dalam kom berisi cairan hangat. Ambil pinset satu lagi untuk memegang dan memeras kasa, agar kasa tidak terlalu basah.
f)   Ambil kasa dengan cara direnggangkan dan letakkan diatas area yang membutuhkan kompres hangat.
g)   Jika klien menoleransi kompres hangat tersebut tutupkan kasa kompres hangat basah pada area yang memerlukan kompres, lalu lapisi dengan kasa kering selanjutnya balut dengan perban kasa serta fiksasi dengan plester.
h)    Lepaskan handscone dan letakkan pada tempatnya.
i)    Atur posisi klien kembali.
j)    Bereskan alat-alat dan disimpan kembali..
k)    Cuci tangan.
l)    Dokumentasikan.




Tahap Terminasi :
·         Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan.
·         Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan.
·         Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya.
·         Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien.



Tahap Dokumentasi
Catat seluruh tindakan yang telah dilakukan dalam catatan keperawatan




Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tapi tidak lengkap/tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan sempurna






MENGGUNAKAN KOMPRES HANGAT/PANAS (KERING)
Aspek yang dinilai
NILAI
0
1
2
Definisi :
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.
Kompres panas dingin, selain menurunkan sensasi nyeri juga dapat meningkatkan proses penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan.
Tujuan :
  1. Memperlancar sirkulasi darah
  2. Mengurangi rasa sakit
  3. Merangsang peristaltik usus
  4. Memperlancar pengeluaran getah radang
  5. Memberi rasa nyaman atau hangat dan tenang.



Indikasi :
a)    Klien yang kedinginan (suhu tubuh yang rendah).
b)    Klien dengan perut kembung.
c)    Klien yang mempunyai penyakit peradangan, seperti radang persendian.
d)    Spasme otot.
e)    Adanya abses, hematoma.

Kontra indikasi :
a)    Trauma 12-24 jam pertama
b)    Perdarahan/edema
c)    Gangguan vascular
d)    Pleuritis




Persiapan
b.         Persiapan pasien
1.      Mengucapkan salam terapeutik
2.      Memperkenalkan diri
3.      Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
4.      Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5.      Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6.      Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7.      Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8.      Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9.      Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

b.    Persiapan alat
·         Buli-buli panas dan sarungnya.
·         Termos berisi air panas.
·         Termometer air panas (bila perlu).
·          Handuk            
·         Baskom

d.         Persiapan lingkungan
-          Pasang sampiran



Tahap Kerja:
a)    Siapkan peralatan.
b)    Cuci tangan.
c)    Lakukan pemanasan pendahuluan pada buli-buli panas dengan cara: mengisi buli-buli dengan air panas,kencangkan penutupnya, kemudian membalik posisi buli-buli berulang-ulang,lalu kosongkan isinya.
d)    Siapkan dan ukur suhu air yang diinginkan (50-60 °C).
e)    Isi buli-buli dengan air panas sebanyak ± ½ bagian dari ukuran buli-buli tersebut, lalu keluarkan udaranya dengan cara :
(1)    Letakkan atau tidurkan buli-buli diatas meja/tempat datar.
(2)    Bagian atas buli dilipat sampai kelihatan permukaan air di leher buli-buli.
(3)    Kemudian penutup buli-buli ditutup dengan rapat/benar.
f)    Periksa apakah buli-buli bocor atau tidak, lalu keringkan dengan lap kerja dan masukkan  ke dalam sarung buli-buli.
g)    Bawa buli-buli tersebut ke dekat klien.
h)    Beri tahu klien,jelaskan tujuan prosedur ini.
i)    Atur posisi yang nyaman pada klien.
j)    Letakkan/pasang buli-buli pada area yang memerlukan.
k)    Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetahui kelainan yang timbul akibat pemberian kompres dengan buli-buli panas,seperti kemerahan, ketidaknyamanan,kobocoran, dan sebagainya.
l)    Ganti buli-buli panas setelah 20 menit dipasang dengan air panas lagi,sesuai yang dikehendaki.
m)    Bereskan alat-alat bila sudah selesai.
n)    Cuci tangan.
o)    Dokumentasikan.




Tahap Terminasi :
·         Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan.
·         Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan.
·         Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya.
·         Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien.



Tahap Dokumentasi
Catat seluruh tindakan yang telah dilakukan dalam catatan keperawatan




Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tapi tidak lengkap/tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan sempurna








TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN DALAM
aspek yang di nilai
nilai
0
1
2
Definisi:
Nafas Dalam merupakan bentuk latihan nafas yang terdiri atas pernafasan abdominal (diafragma) dan pursed lip breathing.
Tujuan:
1.      Untuk mengatasi nyeri.
2.      Dapat mendeteksi pola nafas efektif atau tidak efektifnya.
3.      Dapat mengetahui ada/tidaknya ke-rusakan pada pertukaran gas (bila ada secret dan lain – lain).




Persiapan Alat:
1.      Alat tulis (untuk mendokumentasikan)



Tahap Pra Interaksi



1.      Cuci Tangan



2.       Siapkan Alat



Tahap Orientasi



1.      Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang di senangi
2.      Memperkenalkan nama perawat
3.      Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
4.      Menjelaskan tentang kerahasiaan



tahap kerja :
·         Atur posisi yang nyaman bagi klien dengan posisi setengah duduk di tempat tidur atau dikursi atau dengan lying position (posisi berbaring) ditempat tidur dengan satu bantal.
·         Fleksikan lutut klien untuk merilekskan otot abdomen.
·         Tempatkan satu atau dua tangan pada abdomen,tepat dibawah tulang iga.
·         Tarik nafas dalam melalui hidung ,jaga mulut tetap tertutup. Hitung sampai 3 selama inspirasi
·         Konsentrasi dan rasakan gerakan naiknya abdomen sejauh mungkin, tetapi dalam kondisi relaks dan cegah lengkung pada punggung. Jika ada kesulitan menaikkan abdomen, ambil nafas dengan cepat,lalu nafas kuat lewat hidung.
·         Hembuskan udara lewat bibir, seperti meniup dan ekspirasi secara perlahan dan kuat sehingga terbentuk suara hembusan tanpa menggembungkan dari pipi
     Teknik pursed lip breating ini menyebabkan resistensi pada pengeluaran udara        paru, meningkatkan tekana di bronkus (jalan nafas utama ) dan meminimalkan          kolapsnya jalan nafas yang sempit, masalah yang umum terjadi pada orang           dengan penyakit paru obstruksi.
·         Konsentrasi dan rasakan turunnya abdomen dan kontraksi otot abdomen ketika ekspirasi. Hitung sampai 7 selama ekspirasi.
·         Gunakan latihan ini setipa kali merasakan nafas pendek dan tingkatkan secara bertahap selam 5-10 menit, empat kali sehari. Latihan teratur akan membantu pernafasan tanpa usaha. Latihan ini  dapat dilakukan dalam posisi duduk tegap, berdiri dan berjalan.




Tahap Terminasi



1.      Menanyakan pada klien apa yang di rasakan setelah di lakukan tindakan
2.      Menyimpulkan hasil tindakan yang telah di lakukan
3.      Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4.      Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien



Tahap Dokumentasi



Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan



keterangan :
0 = tidak di kerjakan
1 = di kerjakan tidak lengkap /tidak sempurna
2 = di kerjakan dengan benar/sempurna














MENGHILANGKAN NYERI DENGAN TEKNIK MASSAGE
NO.
ASPEK YANG DINILAI
TINDAKAN
YA
TIDAK
1
TAHAP PRAINTERAKSI

a.       Menyiapkan alat-alat dna dekatkan ke klien
b.      Mencuci tangan
c.       Memakai sarung tangan jika perlu
Ø  Persiapan alat dan bahan :
       1.Ruangan
2.Minyak parapin,talk
3.Handuk
       4.pelumas(lotion/minyak)
5.Maseur kukunya harus pendek


2
TAHAP ORIENTASI

a.       Memberi salam dan senyum pada klien , bina hubungan saling percaya
b.      Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
c.       Menjelaskan waktu yang akan di butuhkan
d.      Menjaga kerahasian, bila perlu pasang tirai
e.       Atur posisi klien sesuai dengan kebutuhan


3
TAHAP KERJA

Prosedur pelaksanaan :
1.      Siapkan alat yang di butuhkan
2.      Identifikasi klien
3.      Beri tahu klien tindakan yang di lakukan
4.      Mencuci tanggan
5.      Atur klien dengan posisi terlungkup, jika tidak bisa dapat di atur dengan      posisi miring
6.      Letakan sebuah bantal kecil di bawah perut klien untuk menjaga posisi yang tepat
7.      Tuangkan sedikit lotion ke tangan (tangan perawat). Usap kedua tangan sehingga lotion akan rata pada permukaan tangan
8.      Lakukan masase pada punggung. Masase dilakukan dengan menggunakan jari-jari dan telapak tangan, dan tekanan yang halus. Gunakan lotion sesuai kebutuhan.
9.      Metode masase:
·         Selang seling tangan
·         Remasan
·         Gesekan
·         Elfurasi
·         Petriasi
·         Tekanan menyikat





4
TAHAP TERMINASI

a.       Merapikan klien dan alat-alat
b.      Mencuci tangan.
c.       Mengobservasi keadaan umum klien.
d.      Melakukan dokumentasi tindakan.

5
SIKAP

a.       Memberi salam dan bina hubungan saling percaya
b.      Menjelaskan prosedur serta tujuan tindakan.
c.       Melakukan komunikasi terbuka.
d.      Menjelaskan setiap tindakan yang dilakukan.
e.       Tanggung jawab terhadap semua tindakan yang diberikan.
f.       Memberikan umpan balik positif.
g.      Melakukan validasi tindakan yang dilakukan.
h.      Menyampaikan kontrak tindakan yang akan datang.


Nilai sikap :
A : 79-100
B : 68-78
C :56-67
D: 41-55
E : 0-40











MENGHILANGKAN NYERI DENGAN TEKNIK AKUPRESURE
Aspek yang dinilai
Nilai
0
1
2
Definisi
Akupresur adalah salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh.



Tujuan
Berguna untuk mengurangi bermacam-macam sakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan, kelelahan dan penyakit



Persiapan Alat
1.      Pelumas (minyak hangat/ lotion)
2.      Handuk



Tahap pra interaksi



1.      Cuci tangan



2.  Siapkan alat-alat



Tahap Orientasi



1.      Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang disenangi



2.      Memperkenalkan nama perawat



3.      Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga



4.  Menjelaskan tentang kerahasiaan



Tahap Kerja



a.       Atur klien dalam posisi telungkup, jika tidak bias, dapat diatur dengan posisi miring (posisi SIMS disesuaikan dengan keluhan dari identifikasi klien)



b.      Tuangkan sedikit lotion ke tangan (tangan perawat) usap kedua tangan sehingga losion akan rata pada permukaan tangan.



c.       Lakukan tindakan akupresur dilakukan dengan menggunakan jari-jari dan telapak tangan dan dengan tekanan yang halus.



d.      Waktu atau lama therapy idealnya dilakukan dua kali seminggu maksimal tiga kali seminngu hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya over dosis dalam pemijatan.







Tahap terminasi



1.      Menayakan pada klien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan



2.      Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan



3.      Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya



4.      Berikan reinformasi sesuai dengan kemampuan klien



Tahap dokumentasi



Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan




Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/ tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna


















MENGATASI NYERI DENGAN TEKHNIK IMAJINASI

No
Aspek Yang Dinilai
Tindakan
Ya
Tidak
1.
TAHAP ORIENTASI



a. Memberi salam dan senyum kepada klien, bina hubungan saling percaya
b.Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan di lakukan.
c. Menjelaskan waktu yang akan di butuhkan.
d.Menjaga kerahasiaan, bila perlu pasang tirai.
e. Atur posisi klien sesuai dengan kebutuhan


1.          
TAHAP KERJA



1)   Tenangkan klien dengan meminta klien untuk menarik nafas pelan-pelan dan hembuskan nafas. Lakukan berulang-ulang bila klien belum merasa tenang.
2)   Anjurkan Klien untuk mengimajinasikan pemandangan standar seperti padang rumput, pegunungan, pantai, dan perilaku positif.
3)   Minta klien mengungkapkan imajinasi secara verbal tanpa batasan. Bila berhasil akan tampak perubahan dalam hal emosional dan raut muka klien.
4)   Imajinasi klien di kaji untuk mengetahui sumber konflik


2.          
TAHAP  TERMINASI



1)   Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan
2)   Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3)   Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4)   Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien


4.
TAHAP DOKUMENTASI



Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS